BAB I

LATAR BELAKANG

Dalam makalah ini akan membahas cara-cara di mana perusahaan dalam mengembangkan budaya perusahaan dan etika, di mana manusia didorong dan didukung dalam pengambilan keputusan yang bertanggungjawab dan etis. Model pengambilan keputusan dalam etika perusahaan menekankan tanggungjawab para individu atau kelompok atas keputusan-keputusan yang mereka ambil dalam perusahaan. Keputusan seperti ini selain berdampak pada integritas pribadi juga memiliki konsekuensi bagi banyak pemegang kepentingan perusahaan yang berinteraksi dengan perusahaan.

Namun, pengambilan keputusan pribadi tidak dapat dibuat dalam kekosongan. Pengambilan keputusan dalam perusahaan dipengaruhi, dibatasi, dibentuk, dan dalam beberapa kasus hampir seluruhnya ditentukan oleh budaya perusahaan. Orang-orang dapat dipersulit atau dipermudah dalam mengambil keputusan yang benar, atau yang salah, oleh berbagai ekspektasi, nilai-nilai, dan struktur dari organisasi tempat mereka hidup dan bekerja.

Pada perusahaan-perusahaan dan berbagai institusi yang seperti sekarang ini, masih ada budaya perusahaan yang berpengaruh. Hal ini terutama terdapat di perusahaan kecil di daerah setempat, tetapi ini juga terdapat dalam banyak organisasi global. Walaupun faktanya perusahaan memiliki banyak lokasi, dengan beragam latar belakang pegawai dan gaya manajemen, seseorang yang bekerja untuk sebuah perusahaan perusahaan yang mengglobal dalam suatu negara akan berbagi berbagai aspek dari budaya kerjanya dengan seseorang yang bekerja diperusahaan yang sama yang berada dibelahan dunia lainnya. Hal ini bukan berarti bahwa lingkungan kerja mereka tidak memiliki banyak perbedaan dalam berbagai hal, namun budaya perusahaan yang sama, bagaimanapun juga mampu mengikis jarak dan perbedaan. Maka, makalah ini meninjau beberapa masalah utama disekitar pengembangan, pengaruh, dan manajemen budaya perusahaan serta peran para pemimpin perusahaan dalam menciptakan dan memelihara budaya.

BAB II

PERMASALAHAN 

  1. Apa yang dimaksud dengan budaya perusahaan ?
  2. Apa saja teori-teori mengenai budaya perusahaan ?
  3. Apakah dimensi-dimensi budaya perusahaan ?
  4. Bagaimana cara etika karyawan mempelajari budaya perusahaan ?
  5. Bagaimana hubungan etika dalam budaya perusahaan ?

BAB III

TUJUAN 

  1. Untuk mengetahui definisi budaya perusahaan.
  2. Untuk mengetahui teori-teori apa saja mengenai budaya perusahaan.
  3. Untuk mengetahui dimensi-dimensi apa yang digunakan dalam budaya perusahaan.
  4. Untuk mengetahui bagaimana etika karyawan mempelajari budaya perusahaan.
  5. Untuk mengetahui hubungan etika dalam budaya perusahaan.

BAB IV

PEMBAHASAN

  1. PengertianBudaya Perusahaan

Menurut Agus Arijanto budaya perusahaan dapat dikatakan sebagai kombinasi ide, adat istiadat, praktik tradisional, nilai-nilai perusahaan dan artian bersama yang membantu mendefinikan perilaku normal bagi setiap orang yang bekerja di suatu perusahaan. (2011:40).

Budaya perusahaan biasanya dimulai dari tindakan dan nilai-nilai dari sang pemimpin perusahaan yang dalam kenyataannya banyak pemimpin perusahaan itu adalah pemilik atau pendiri perusahaan. Tindakan dan nilai-nilai tadi tanpa disadari oleh sang pemimpin diikuti dan dilaksanakan oleh para pengikut yaitu pegawai-pegawai dan akhirnya membudaya dengan sendirinya.

Budaya perusahaan merupakan nilai dan norma yang dianut bersama yang menjadi dasar bertindak seorang individu dalam organisasi. Budaya perusahaan inilah yang menyebabkan mengapa suatu strategi dapat diimplementasikan pada suatu perusahaan sedangkan gagal pada perushaan yang lain.

Jadi dengan bahasa yang sederhana budaya perusahaan itu adalah penerapan nilai-nilai yang telah menjadi kebiasaan yang baik dalam perusahaan misalnya bagaimana seorang pelayan toko melayani pembeli dengan sebaik-baiknya (ramah, senyum, sapa, salam) di bidang perbankan, bagaimana seorang front liner melayani nasabahnya dengan baik atau bagaimana seorang analis kredit melakukan penilaian kredit yang akan diberikannya sesuai prosedur dan masih banyak lagi.

Menurut Robbins (1996) memberi pengertian budaya organisasi antara lain sebagai :

  • Nilai-nilai dominan yang didukung oleh organisasi.
  • Falsafah yang menuntun kebijaksanaan organisasi terhadap pegawai dan pelanggan.
  • Cara pekerjaan dilakukan di tempat itu.
  • Asumsi dan kepercayaan dasar yang terdapat di antara anggota organisasi.

Dari sudut pandang karyawan, budaya memberi pedoman bagi karyawan akan segala sesuatu yang penting untuk dilakukan. Sejumlah peran penting yang dimainkan oleh budaya perusahaan adalah :

  • Membantu pengembangan rasa memiliki jati diri bagi karyawan.
  • Dipakai untuk mengembangkan keterkaitan pribadi dengan organisasi.
  • Membantu stabilitas organisasi sebagai suatu sistem sosial.
  • Menyajikan pedoman perilaku sebagai hasil dari norma perilaku yang sudah dibentuk.

Budaya organisasi yang terbentuk, dikembangkan, diperkuat atau bahkan diubah, memerlukan praktik yang dapat membantu menyatukan nilai budaya anggota dengan nilai budaya organisasi. Praktik tersebut dapat dilakukan melalui induksi atau sosialisasi, yaitu melalui transformasi budaya organisasi. Sosialisasi organisasi merupakan serangkaian aktivitas yang secara substantif berdampak kepada penyesuaian aktivitas individual dan keberhasilan organisasi, antara lain komitmen, kepuasan dan kinerja. Beberapa langkah sosialisasi yang dapat membantu dan mempertahankan budaya organisasi adalah melalui seleksi calon karyawan, penempatan, pendalaman bidang pekerjaan, penilaian kinerja, dan pemberian penghargaan, penanaman kesetiaan pada nilai-nilai luhur, perluasan cerita dan berita, pengakuan kinerja dan promosi. Berbagai praktik di atas dapat memperkuat budaya organisasi dan memastikan karyawan yang bekerja sesuai dengan budaya organisasi memberikan imbalan sesuai dukungan yang dilakukan. Sosialisasi yang efektif akan menghasilkan kepuasan kerja, komitmen organisasi, rasa percaya diri pada pekerjaan, mengurangi tekanan serta kemungkinan keluar dari pekerjaan. Beberapa hal yang dapat dilakukan organisasi untuk mempertahankan organisasi adalah menyusun asumsi dasar, menyatakan dan memperkuat nilai yang diinginkan dan mensosialisasikan melaui contoh.

  1. Teori-teori Budaya Perusahaan

Terdapat tiga asumsi yang mengarahkan pada teori budaya Perusahaan yaitu :

  1. Angota-anggota organisasi menciptakan dan mempertahankan perasaan yang dimiliki bersama mengenai realitas organisasi, yang berakibat pada pemahaman yang lebih baik mengenai nilai-nilai sebuah organisasi.

Asumsi yang pertama berhubungan dengan pentingya orang di dalam kehidupan organisasi. Secara khusus, individu saling berbagi dalam menciptakan dan mempertahankan realitas. Individu-individu ini mencakup karyawan, supervisor, dan atasan. Pada inti dari asumsi ini adalah yang dimiliki oleh organisasi. Nilai adalah standar dan prinsip-prinsip dalam sebuah budaya nya yang memiliki nilai intrinsik dari sebuah budaya. Nilai menunjukkan kepada anggota organisasi mengenai apa yang penting. Orang berbagi dalam proses menemukan nilai-nilai perusahaan. Menjadi anggota dari sebuah organisasi membutuhkan partisipasi aktif dalam organisasi tersebut. Makna dari simbol-simbol tertentu misalnya, mengapa sebuah perusahaan terus melaksanakan wawancara terhadap calon karyawan ketika terdapat sebuah rencana pemutusan hubungan kerja besar- besaran dikomunikasikan baik oleh karyawan maupun oleh pihak manajemen. Makna simbolik dari menerima karyawan baru ketika yang lainnya dipecat tidak akan dilewatkan oleh pekerja yang cerdik; mengapa memberikan uang pada karyawan baru ketika yang lama kehilangan pekerjan mereka? Karyawan memberikan kontribusi dalam pembentukan budaya organisasi. Perilaku mereka sangatlah penting dalam menciptakan dan pada akhirnya mempertahankan realitas organisasi.

  1. Penggunaan dan intepretasi simbol sangat penting dalam budaya orgaisasi.

Realitas organisasi juga sebagiannya ditentukan oleh simbol-simbol, dan ini merupakan asumsi kedua dari teori ini. Perspektif ini menggaris bawahi penggunaan simbol di dalam organisasi. Simbol merupakan representasi untuk makna. Anggota-angota organisasi menciptakan, menggunakan, dan mengintrepetasikan simbol setiap hari. Simbol-simbol ini sangat penting bagi budaya perusahaan. Simbol-simbol mencakup komunikasi verbal dan nonverbal di dalam organisasi. Seringkali, simbol-simbol ini mengkomunikasikan nilai-nilai organisasi. Simbol dapat berupa slogan yang memiliki makna. Sejauh mana simbol-simbol ini efektif bergantung tidak hanya pada media tetapi bagaimana karyawan perusahaan mempraktikannya.

  1. Budaya bervariasi dalam organisasi-organisasi yang berbeda, dan interpretasi tindakan dalam budaya ini juga beragam.

Asumsi yang ketiga mengenai teori budaya organisasi berkaitan dengan keberagaman budaya organisasi. Sederhana, budaya organisasi sangat bervariasi. Persepsi mengenai tindakan dan aktivitas di dalam budaya-budaya ini juga seberagam budaya itu sendiri. 

  1. Dimensi Budaya Perusahaan

Terdapat banyak dimensi yang membedakan budaya. Dimensi ini mempengaruhi perilaku yang dapat mengakibatkan kekeliruan pemahaman, ketidaksepakatan, atau bahkan konflik. Konsep budaya pada awalnya berasal dari lapangan antropologi dan mendapat tempat pada awal perkembangan ilmu perilaku organisasi. Dimensi-dimensi yang digunakan untuk membedakan budaya.

Menurut Robbins (1996) ada tujuh karakteristik primer yang secara bersama-sama menangkap hakikat budaya organisasi, yaitu:

  1. Inovasi dan pengambilan resiko.
  2. Perhatian ke hal yang rinci.
  3. Orientasi hasil.
  4. Orientasi Orang.
  5. Orientasi Tim.
  6. Keagresifan
  7. Kemantapan

Menurut Luthan (1998) menyebutkan sejumlah karakteristik yang penting dari budaya organisasi, yang meliputi:

  1. Aturan-aturan perilaku Yaitu bahasa, terminologi, dan ritual yang biasa dipergunakan oleh anggota organisasi.
  2. Norma adalah standar perilaku yang menjadi petunjuk bagaimana melakukan sesuatu. Lebih jauh di masyarakat kita kenal adanya norma agama, norma susila, norma sosial, norma adat.
  3. Nilai-nilai dominan adalah nilai utama yang diharapkan dari organisasi untuk dikerjakan oleh para anggota, misalnya tingginya kualitas produk, rendahnya tingkat absensi, tingginya produktivitas dan efisiensi, serta tingginya disiplin kerja.
  4. Filosofi adalah kebijakan yang dipercaya organisasi tentang hal-hal yang disukai para karyawan dan pelanggannya, seperti “Kepuasan Anda adalah harapan Kami”.
  5. Peraturan-peraturan adalah aturan yang tegas dari organisasi. Pegawai baru harus mempelajari peraturan ini agar keberadaannya dapat diterima dalam organisasi.
  6. Iklim Organisasi adalah keseluruhan “perasaan” yang meliputi hal-hal fisik, bagaimana para anggota berinteraksi dan bagaimana para anggota organisasi mengendalikan diri dalam berhubungan dengan pelanggan atau pihak luar organisasi.

Menurut Hofsede (dalam Gibson, 1996) mengemukakan empat dimensi budaya, yaitu:

  1. Penghindaran atas ketidakpastian adalah tingkat dimana anggota masyarakat merasa tidak nyaman dengan ketidakpastian. Perasaan ini mengarahkan mereka untuk mempercayai kepastian yang menjanjikan dan untuk memelihara lembaga- lembaga yang melindungi penyesuaian.
  2. Maskulin vs feminim yaitu, Maskulin adalah kecenderungan dalam masyarakat akan prestasi, kepahlawanan, ketegasan, dan keberhasilan materiil. Sedangkan, Feminitas berarti kecenderungan akan kesederhanaan, perhatian pada yang lemah, dan kualitas hidup.
  3. Individu vs kebersamaan yaitu, Individu adalah kecenderungan dalam kerangka sosial dimana individu dianjurkan untuk menjaga diri sendiri dan keluarganya. Kebersamaan berarti kecenderungan dimana individu dapat mengharapkan kerabat, suku, atau kelompok lainnya melindungi mereka sebagai ganti atas loyalitas mutlak yang mereka berikan.
  4. Jarak kekuasaan adalah ukuran dimana anggota suatu masyarakat menerima bahwa kekuasaan dalam lembaga atau organisasi tidak didistribusikan secara merata.

Selanjutnya budaya perusahaan dapat ditemukan dalam tiga tingkatan, yaitu:

  1. Artefak

Pada tingkat ini budaya bersifat kasat mata tetapi seringkali tidak dapat diartikan, misalnya lingkungan fisik organisasi, teknologi, dan cara berpakaian. Analisis pada tingkat ini cukup rumit karena mudah diperoleh tetapi sulit ditafsirkan.

  1. Nilai

Nilai memiliki tingkat kesadaran yang lebih tinggi daripada artefak. Nilai ini sulit diamati secara langsung sehingga untuk menyimpulkannya seringkali diperlukan wawancara dengan anggota organisasi yang mempunyai posisi kunci atau dengan menganalisis kandungan artefak seperti dokumen.

  1. Asumsi dasar

Merupakan bagian penting dari budaya organisasi. Pada tingkat ini budaya diterima begitu saja, tidak kasat mata dan tidak disadari. Asumsi ini merupakan reaksi yang bermula dari nilai-nilai yang didukung. Bila asumsi telah diterima maka kesadaran akan menjadi tersisih. Dengan kata lain perbedaan antara asumsi dengan nilai artefak terletak pada apakah nilai-nilai tersebut masih diperdebatkan dan diterima apa adanya atau tidak.

Tahap-tahap pembentukan atau pembangunan budaya organisasi dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

  1. Seorang (biasanya pendiri) datang dengan ide atau gagasan tentang sebuah usaha baru.
  2. Pendiri membawa orang-orang kunci yang merupakan para pemikir, dan menciptakan kelompok inti yang mempunyai visi yang sama dengan pendiri.
  3. Kelompok inti memulai serangkaian tindakan untuk menciptakan organisasi, mengumpulkan dana, menentukan jenis dan tempat usaha dan lain-lain yang relevan.
  4. Orang-orang lain dibawa ke dalam organisasi untuk berkarya bersama-sama dengan pendiri dan kelompok inti, memulai sebuah sejarah bersama.

Pembianaan budaya perusahaan dapat dilakukan dengan serangkaian langkah sosialisasi sebagai berikut:

  1. Seleksi pegawai yang objektif.
  2. Penempatan orang dalam pekerjaan sesuai dengan kemampuan dan bidangnya.
  3. Perolehan dan peningkatan kemahiran melalui pengalaman.
  4. Pengukuran prestasi dan pemberian imbalan yang sesuai.
  5. Penghayatan akan nilai-nilai kerja atau hal lain yang penting.
  6. Ceritera-ceritera dan faktor-faktor organisasi yang menumbuhkan semangat dan kebanggan.
  7. Pengakuan dan promosi bagi karyawan yang berprestasi.
  1. Cara Etika Karyawan Mempelajari Budaya Perusahaan

Proses transformasi budaya oleh karyawan dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu :

  1. Ceritera-ceritera

Ceritera-ceritera mengenai bagaimana kerasnya perjuangan pendiri organisasi di dalam memulai usaha sehingga kemudian menjadi maju seperti sekarang merupakan hal yang baik untuk disebarluaskan. Bagaimana sejarah pasang surut perusahaan dan bagaimana perusahaan mengatasi kemelut dalam situasi tak menentu merupakan kisah yang dapat menodorong dan memotivasi karyawan untuk bekerja keras jika mereka mau memahaminya.

  1. Ritual / Upacara-upacara

Semua masyarakat memiliki corak ritual sendiri-sendiri. Di dalam perusahaan, tidak jarang ditemui acara-acara ritual yang sudah mengakar dan menjadi bagian hidup perusahaan.

  1. Simbol-simbol material

Simbol-simbol atau lambang-lambang material seperti pakaian seragam, ruang kantor dan lain-lain, atribut fisik yang dapat diamati merupakan unsur penting budaya organisasi yang harus diperhatikan sebab dengan simbol-simbol itulah dapat dengan cepat diidentifikasi bagaimana nilai, keyakinan, norma, dan berbagai hal lain itu menjadi milik bersama dan dipatuhi anggota organisasi.

  1. Bahasa

Bahasa merupakan salah satu media terpenting di dalam mentransformasikan nilai. Dalam suatu organisasi atau perusahaan, tiap bidang, divisi, strata atau semacamnya memiliki bahasa atau jarigan yang khas, yang kadang-kadang hanya dipahami oleh kalangan itu sendiri. Hal ini penting karena untuk dapat diterima di suatu lingkungan dan menjadi bagian dari lingkungan, salah satu syaratnya adalah memahami bahasa yang berlaku di lingkungan itu. Dengan demikian menjadi jelas bahwa bahasa merupakan unsur penting dalam budaya perusahaan.

  1. Hubungan Etika Bisnis dengan Budaya Perusahaan

Etika pada dasarnya adalah standar atau moral yang menyangkut benar atau salah, baik atau buruk. Dalam kerangka konsep etika bisnis terdapat berbagai pengertian tentang etika perusahaan, etika kerja, dan etika perorangan, yang menyangkut hubungan-hubungan sosial antar perusahaan, karyawan, dan lingkungannya. Etika perusahaan menyangkut hubungan perusahaan dengan karyawan yang sebagai satu kesatuan dengan lingkungannya. Etika kerja berkaitan dengan antara perusahaan dengan karyawannya, dan etika perorangan mengukur hubungan masyarakat.

Pelaku yang telah berkembang dalam perusahaan menimbulkan situasi saling percaya antara perusahaan dan stakeholder, yang memungkinkan perusahaan meningkatkan keuntungan jangka panjang. Perilaku akan mencegah pelanggan, pegawai, dan pemasok bertindak oportunis, serta timbulnya saling percaya. Budaya perusahaan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pembentukan perilaku etis, karena budaya perusahaan merupakan seperangkat nilai dan norma yang membimbing tindakan karyawan. Budaya dapat mendorong terciptanya perilaku yang etis, dan sebaliknya dapat pula mendorong perilaku yang tidak etis. Kebijakan perusahaan untuk memberikan perhatian yang serius pada etika perusahaan dan memberikan citra bahwa manajemen mendukung perilaku etis dalam perusahaan.

Kebijakan perusahaan biasanya secara formal didokumentasikan dalam bentuk Kode Etik (Code of Conduct). Ditengah iklim keterebukaan dan globalisasi yang membawa keragaman budaya, kode etik memiliki peranan yang sangat penting sebagai penahan dalam interaksi intensif beragam ras, pemikiran, pendidikan, dan agama. Sebagai persamaian untuk menumbuhkan perilaku etis, perlu dibentuk iklim etika dalam perusahaan. Iklim etika tersebut tercipta, jika dalam suatu perusahaan terdapat kumpulan pengertian tentang perilaku apa yang dianggap benar dan tersedia mekanisme yang memungkinkan permasalahan mengenai etika dapat diatasi. Terdapat tiga faktor utama yang memungkinkan terciptanya iklim etika dalam perusahaan yaitu :

  1. Terciptanya budaya perusahaan secara baik.
  2. Terbangunnya suatu kondisi organisasi berdasarkan saling percaya.
  3. Terbentuknya manajemen hubungan antar pegawai.

Iklim etika dalam perusahaan dipengaruhi oleh adanya interaksi beberapa faktor, yaitu :

  1. Faktor kepentingan sendiri.
  2. Faktor keuntungan perusahaan.
  3. Faktor pelaksanaan efisiensi.
  4. Faktor kepentingan kelompok.

Penciptaan iklim etika mutlak diperlukan, meskipun memerlukan waktu, biaya, dan ketekunan manajemen.

BAB V

PENUTUP 

Kesimpulan

Berdasarkan uraian-uraian di atas, dapat dikemukakan beberapa pokok kesimpulan sebagai berikut :

  1. Budaya perusahaan tidak muncul dengan sendirinya di kalangan anggota organisasi, tetapi perlu dibentuk dan dipelajari karena pada dasarnya budaya perusahaan adalah sekumpulan nilai dan pola perilaku yang dipelajari, dimiliki bersama, oleh semua anggota organisasi dan diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
  2. Budaya perusahaan sangat penting peranannya dalam mendukung terciptanya suatu organisasi atau perusahaan yang efektif. Secara lebih spesifik, budaya perusahaan dapat berperan dalam menciptakan jati diri, mengembangkan keikut sertaan pribadi dengan perusahaan dan menyajikan pedoman perilaku kerja bagi karyawan.

Rekomendasi

  1. Seorang pemimpin harus mengetahui semua hal yang menyangkut tentang organisasi baik secara individu mau kelompok.
  2. Diharapkan terbangunnya suatu kondisi organisasi berdasarkan saling percaya.
  3. Perusahaan dan karyawan sebagai satu kesatuan dengan lingkungannya (misalnya dengan perusahaan lain atau masyarakat setempat.
  4. Terbentuknya manajemen hubungan pemimpin dan pegawai maupun pegawai antar pegawai.
  5. Etika perorangan mengatur hubungan antar karyawan. Faktor utama yang dapat menciptakan iklim etika dalam perusahaan.

DAFTAR PUSTAKA

 Desjardins, Hartman. 2011. Etika Bisnis Pengambilan Keputusan untuk Integritas Pribadi dan Tanggung Jawab Sosial. Jakarta: Penerbit Erlangga

Keraf Sonny. 1998. edisi baru, Etika Bisnis tuntutan dan relevansinya. Yogyakarta: Penerbit Kanisius

Donelly, Gibson. 1996. Organisasi, Perilaku, Struktur, Proses. Jakarta: Penerbit Erlangga

Dharma Agus. 1992. Organisasi, Perilaku, Struktur dan Proses (Terjemahan). Jakarta: Erlangga.

Arijanto, Agus. 2011. Etika Bisnis Bagi Pelaku Bisnis. Jakarta.Rajawali Pers.