BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Organisasi pada dasarnya digunakan sebagai tempat atau wadah bagi orang – orang untuk berkumpul, bekerjasama secara rasional dan sistematis, terencana, terpimpin dan terkendali, dalam memanfaatkan sumber daya (uang, material, mesin, metode dan lingkungan), sarana – prasarana, data, dan lain sebagainya yang digunakan secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi. Dalam berorganisasi setiap individu dapat berinteraksi dengan semua struktur yang terkait baik itu secara langsung maupun secara tidak langsung. Masing – masing individu di dalam organisasi secara terus – menerus mengembangkan kapasitasnya guna menciptakan hasil yang benar – benar mereka inginkan, pola – pola berpikir baru dan berkembang dipupuk, aspirasi kelompok diberi kebebasan, dan masing – masing individu secara terus – menerus belajar mempelajari (learning to learn) sesuatu secara bersama.
Manusia merupakan salah satu komponen penting dalam organisasi. Perusahaan sebagai salah satu bentuk organisasi keberhasilannya sangat dipengaruhi terhadap kinerja individu yang ada di dalamnya. Karyawan sebagai individu ketika memasuki perusahaan akan membawa karakteristik kepribadiannya masing – masing. Kepribadian adalah keseluruhan cara seorang individu bereaksi dan berinteraksi dengan individu lain. Kepribadian paling sering dideskripsikan dalam istilah sifat yang bisa diukur yang ditunjukkan oleh seseorang. Selanjutnya hal ini akan berpengaruh terhadap kemampuan karyawan dalam melaksanakan tatanan organisasi seperti peraturan dan hirarki, tugas – tugas, wewenang dan tanggung jawab, sistem kompensasi dan sistem pengendalian.
Menurut Schiff dan Lewin (1974) ada lima aspek penting dalam akuntansi keperilakuan, yaitu teori organisasi dan keperilakuan manajerial, penganggaran dan perencanaan, pengambilan keputusan, pengendalian, dan pelaporan keuangan.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
- Apakah yang dimaksud dengan perilaku individual?
- Apakah yang dimaksud dengan pemgambilan keputusan?
- Bagaimanakah pengaruh perilaku individual dalam pengambilan keputusan?
BAB II
PEMBAHASAN
- Perilaku Individu
Perilaku individu merupakan suatu perilaku seseorang dalam melakukan sesuatu atau cara ia bertindak terhadap sesuatu kegitan dengan menggunakan keterampilan atau otak mereka. Adanya keterampilan tidak terpisah dari latar belakang atau pengetahuan. Di dalam suatu organisasi, perilaku individu mencerminkan setiap perilaku manajer terhadap bawahannya dimana jika ia memperlakukan bawahannya dengan baik maka suatu hubungan antara bawahan dan atasan terjalin dengan baik pula sehingga jalinan kerjasama didalam organisasi bisa berjalan dengan baik
Beberapa defenisi perilaku individu menurut para ahli diantaranya sebagai berikut :
- Menurut Martheen Luter, individu berasal dari kata individum (latin) yaitu satuan kecil yang tidak dapat dibagi individu menurut konsep sosiologis berarti manusia yang hidup berdiri sendiri.
- Menurut Sofyandi dan Garniwa, perilaku individu adalah seesuatu yang dikerjakan seseorang, seperti berbicara dengan manajer, mendengarkan rekan sekerja, menyusun laporan, mengetik memo, menempatkan unit barang kedalam gudang dan lain sebagainya.
- Menurut Viniagustia, individu merupakan sebutan yang dapat dipakai untuk menyatakan suatu kesatuan yang paling kecil dan terbatas. Dapat disimpulkan bahwa individu adalalah unit terkecil dimana memeiliki ciri yang berbeda ditiap masing – masing individu.
- Gibson CS. menyatakan perilaku individu adalah segala sesuatu yang dilakukan seseorang seperti berbicara, berjalan, berfikir, atau tindakan dari suatu
- Menurut Stephen P. Robbins dalam bukunya yang berjudul Perilaku Individu menyatakan bahwa suatu pemahaman tentang perilaku bermula dari kajian mengenai kontribusi utama psikologis terhadap Perilaku Organisasi. Kontribusi ini dibagi dalam 4 konsep berikut :
- Sikap
Sikap (attitudes) merupakan pernyataan evaluatif baik yang menyenangkan maupun yang tidak tentang suatu objek, orang atau peristiwa. Sikap mencerminkan bagaimana seseorang merasakan sesuatu ketika saya berkata “Saya menyukai pekerjaan saya”, saya sedang mengekspresikan sikap saya tentang pekerjaan. Seseorang bisa memiliki ribuan sikap, tetapi perilaku organisasi memfokuskan diri pada sikap yang berkaitan dengan pekerjaan. Hal ini meliputi kepuasan kerja, keterlibatan kerja (tingkat sejauh mana seseorang berkecimpung dalam pekerjaannya dan secara aktif berpartisipasi didalamnya), dan komitmen organisasi (sebuah indikator loyalitas kepada, dan keberpihakan terhadap organisasi). Tidak dapat dipungkiri, kepuasan kerja telah mendapatkan perhatian yang besar.
- Kepribadian
Beberapa orang bersifat pendiam dan pasif, sementara yang lainnya ceria dan agresif. Ketika kita menggambarkan orang dari segi karakteristiknya, bisa pendiam, ceria, agresif, ambisius, setia dan suka bergaul, kita sedang mengkategorikan mereka dari segi sifat – sifat kepribadian. Karenanya kepribadian (personality) individu seseorang merupakan kombinasi sifat – sifat psikologis yang kita gunakan untuk mengklasifikasikan orang tersebut. Para ahli psikologis telah mempelajari sifat – sifat kepribadian secara mendalam, dan mengidentifikasi 16 sifat kepribadian utama.
- Persepsi
Persepsi adalah suatu proses dimana individu mengorganisasikan dan menginterprestasikan kesan sensori mereka untuk memberi arti pada lingkungan mereka. Riset tentang persepsi secara konsisten menunjukan bahwa individu yang berbeda dapat melihat yang sama tetapi memahaminya secara berbeda. Kenyataannya adalah bahwa tak seorangpun dari kita melihat realitas. Yang kita lakukan adalah menginterprestasikan apa yang kita lihat dan menyebutnya sebagai realitas.
- Pembelajaran
Defenisi ahli psikologis tentang belajar benar – benar lebih luas daripada pandangan biarawan bahwa “inilah yang kita lakukan waktu kita disekolah dulu”. Pada kenyataannya, masing – masing kita secara terus – menerus “ke sekolah”, belajar berlangsung selamanya. Oleh karena itu, defenisi belajar yang lebih akurat adalah segala perubahan perilaku yang relatif permanen dan terjadi sebagai hasil dari pengalaman.
Perilaku individu dalam organisasi adalah bentuk interaksi antara karakteristik individu dengan karakteristik organisasi. Individu memiliki karakteristik yang berbeda – beda. Dalam hal ini perbedaan individu muncul karena beberapa faktor diantaranya adalah sebagai berikut :
- Kemampuan yang tidak sama antar manusia satu dengan manusia lain
- Kebutuhan yang berbeda – beda antar manusia
- Orang berpikir tentang masa depan dan membuat pilihan bagaimana bertindak untuk mencapai masa depan
- Hubungan dengan pengalaman masa lalu dan kebutuhannya
- Reaksi – reaksi yang timbul akibat kesenangan atau ketidaksenangan
Pendekatan yang sering dipergunakan untuk memahami perilaku manusia adalah sebagai berikut :
- Pendekatan kognitif menekankan mental internal seperti berpikir dan menimbang. Penafsiran individu tentang lingkungan dipertimbangkan lebih penting dari lingkungan itu sendiri.
- Pendekatan penguatan (reinforcement) menekankan pada peranan lingkungan dalam perilaku manusia. Lingkungan dipandang sebagai suatu sumber stimulus yang dapat menghasilkan dan memperkuat respon perilaku.
- Pendekatan psikoanalitis menekankan peranan sistem personalitas di dalam menentukan sesuatu perilaku.
Faktor – faktor yang mempengaruhi karakteristik individu adalah sebagai berikut :
- Faktor keturunan
Faktor pertama yang membentuk karakter individu adalah faktor keturunan, yang merupakan warisan dari orang tua. Akan tetapi kepribadian ini juga dapat berubah sesuai dengan perkembangan di lingkungan masyarakat tersebut.
- Faktor lingkungan
Lingkungan merupakan faktor utama yang dapat mempengaruhi atau merubah karakter individu, seseorang yang berada di lingkungan yang baik pasti ia akan cenderung berbuat baik, bila dibandingkan dengan seseorang yang berada di lingkungan yang buruk
- Faktor budaya
Budaya merupakan suatu cara hidup yang berkembang, dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang atau organisasi dan diwariskan dari generasi ke generasi.
Unsur – unsur yang membentuk perilaku individu adalah sebagai berikut :
- Pengetahuan
Pengetahuan merupakan suatu unsur yang mengisi akal dan alam jiwa pada seseorang yang masih sehat (tidak mengalami gangguan jiwa atau stress), dan secara nyata yang terkandung di dalam otak manusia.
- Perasaan
Perasaan adalah suatu keadaan yang berada dalam kesadaran manusia, karena pengaruh pengetahuannya yang kemudian dinilai sebagai keadaan yang positif atau sebaliknya sebagai keadaan yang negatif.
Perilaku individu membedakannya menjadi 3 macam bentuk perilaku yaitu coqnitive, affective dan psikomotor. Bentuk perilaku dilihat dari sudut pandang respon terhadap stimulus, maka perilaku dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :
- Perilaku tertutup. Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan atau kesadaran dan sikap yang terjadi belum bisa diamati secara jelas oleh orang lain.
- Perilaku terbuka. Perilaku terbuka adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek (practice).
Sifat yang menjadi indikator kuat perilaku seseorang di tempat kerja adalah sebagai berkut :
- Evaluasi inti diri. Merupakan tingkat di mana individu menyukai atau tidak menyukai dirinya sendiri. Dalam evaluasi inti diri, seorang individu ditentukan atas dua elemen utama yaitu harga diri (anggapan mengenai dirinya berharga atau tidak) dan lokus kendali (keyakinan untuk menjadi penentu nasib).
- Machiavellianisme. Sejauh mana seorang individu pragmatis, menjaga jarak emosional, dan yakin bahwa hasil lebih penting daripada proses.
- Narsisme, yaitu kecenderungan menjadi arogan, mempunyai rasa kepentingan diri yang berlebihan, membutuhkan pengakuan berlebih, dan mengutamakan diri sendiri.
- Pemantauan diri. Merujuk pada kemampuan seorang individu untuk menyesuaikan perilakunya dengan faktor – faktor situasional eksternal.
- Pengambil resiko. Kecenderungan untuk mengambil atau menghindari resiko dapat dilihat dari berapa lama waktu yang dibutuhkan manajer dalam mengambil keputusan dan berapa banyak informasi yang mereka butuhkan sebelum membuat pilihan.
- Kepribadian proaktif, yaitu sikap yang cenderung oportunis, berinisiatif, berani bertindak, dan tekun hingga berhasil mencapai perubahan.
- Pengambilan Keputusan
Keputusan adalah hasil pemecahan masalah yang dihadapinya dengan tegas. Hal itu berkaitan dengan jawaban atas pertanyaan – pertanyaan mengenai apa yang harus dilakukan dan seterusnya mengenai unsur – unsur perencanaan. Dapat juga dikatakan bahwa keputusan itu sesungguhnya merupakan hasil proses pemikiran yang berupa pemilihan satu diantara beberapa alternatif yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Pengambilan keputusan (desicion making) itu sendiri adalah melakukan penilaian dan menjatuhkan pilihan. Keputusan ini diambil setelah melalui beberapa perhitungan dan pertimbangan alternatif.
Ada beberapa pendapat para ahli tentang pengertian pengambilan keputusan diantaranya, Terry dalam Fendy (2011) mengemukakan bahwa pengambilan keputusan adalah sebagai pemilihan yang didasarkan kriteria tertentu atas dua atau lebih alternatif yang mungkin. Goerge dalam Fendy (2011) mengatakan bahwa proses pengambilan keputusan itu dikerjakan oleh kebanyakan manajer berupa suatu kesadaran, kegiatan pemikiran yang termasuk pertimbangan, penilaian, dan pemilihan diantara sejumlah alternatif. Fendy (2011) Mereka mengatakan bahwa pengambilan keputusan adalah pemilihan diantara alternatif mengenai suatu cara bertindak yaitu inti dari perencanaan, suatu rencana tidak dapat dikatakan tidak ada jika tidak ada keputusan, suatu sumber yang dapat dipercaya, petunjuk atau reputasi yang telah dibuat. Soetopo (2010:145) memandang bahwa pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan sistematis terhadap suatu masalah, pengumpulan fakta dan data, penelitian yang matang atas alternatif dan tindakan. Menurut George R. Terry pengambilan keputusan adalah pemilihan alternatif perilaku (kelakuan) tertentu dari dua atau lebih alternatif yang ada. Sondang P. Siagian pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap hakikat alternatif yang dihadapi dan mengambil tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling cepat. Menurut James A. F. Stoner pengambilan keputusan adalah proses yang digunakan untuk memilih suatu tindakan sebagai cara pemecahan masalah.
Menurut George R.Terry dan Brinckloe disebutkan dasar – dasar pendekatan dari pengambilan keputusan yang dapat digunakan yaitu :
- Intuisi
Pengambilan keputusan yang didasarkan atas intuisi atau perasaan memiliki sifat subjektif sehingga mudah terkena pengaruh. Pengambilan keputusan berdasarkan intuisi ini mengandung beberapa keuntungan dan kelemahan. Sifat subjektif dari keputusan intuitif ini terdapat beberapa keuntungan, yaitu :
- Pengambilan keputusan oleh satu pihak sehingga mudah untuk memutuskan.
- Keputusan intuitif lebih tepat untuk masalah – masalah yang bersifat kemanusiaan.
Pengambilan keputusan yang berdasarkan intuisi membutuhkan waktu yang singkat untuk masalah – masalah yang dampaknya terbatas, pada umumnya pengambilan keputusan yang bersifat intuitif akan memberikan kepuasan. Akan tetapi, pengambilan keputusan ini sulit diukur kebenarannya karena kesulitan mencari pembandingnya dengan kata lain hal ini diakibatkan pengambilan keputusan intuitif hanya diambil oleh satu pihak saja sehingga hal – hal yang lain sering diabaikan.
- Pengalaman
Pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman memiliki manfaat bagi pengetahuan praktis, karena pengalaman seseorang dapat memperkirakan keadaan sesuatu, dapat diperhitungkan untung ruginya terhadap keputusan yang akan dihasilkan. Orang yang memiliki banyak pengalaman tentu akan lebih matang dalam membuat keputusan akan tetapi, peristiwa yang lampau tidak sama dengan peristiwa yang terjadi kini. Pengalaman memang dapat dijadikan pedoman dalam menyelesaikan masalah. Keputusan yang berdasarkan pengalaman sangat bermanfaat bagi pengetahuan praktis. Pengalaman dan kemampuan untuk memperkirakan apa yang menjadi latar belakang masalah dan bagaimana arah penyelesaiannya sangat membantu dalam memudahkan pemecahan masalah.
- Fakta
Pengambilan keputusan berdasarkan fakta dapat memberikan keputusan yang sehat, solid dan baik. Dengan fakta, maka tingkat kepercayaan terhadap pengambilan keputusan dapat lebih tinggi, sehingga orang dapat menerima keputusan – keputusan yang dibuat itu dengan rela dan lapang dada.
- Wewenang
Pengambilan keputusan berdasarkan wewenang biasanya dilakukan oleh pimpinan terhadap bawahannya atau orang yang lebih tinggi kedudukannya kepada orang yang lebih rendah kedudukannya. Pengambilan keputusan berdasarkan wewenang ini juga memiliki kelebihan dan kekurangan. Keputusan yang berdasarkan wewenang memiliki beberapa keuntungan antara lain banyak diterimanya oleh bawahan, memiliki otentisitas (otentik), dan juga karena didasari wewenang yang resmi maka akan lebih permanen sifatnya. Keputusan yang berdasarkan pada wewenang semata akan menimbulkan sifat rutin dan mengasosiasikan dengan praktik dictatorial. Keputusan berdasarkan wewenang kadangkala oleh pembuat keputusan sering melewati permasahan yang seharusnya dipecahkan justru menjadi kabur atau kurang jelas.
- Logika atau Rasional
Pengambilan keputusan yang berdasarkan logika ialah suatu studi yang rasional terhadap semuan unsur pada setiap sisi dalam proses pengambilan keputusan. Pada pengambilan keputusan yang berdasarkan rasional, keputusan yang dihasilkan bersifat objektif, logis, lebih transparan, konsisten untuk memaksimumkan hasil atau nilai dalam batas kendala tertentu, sehingga dapat dikatakan mendekati kebenaran atau sesuai dengan apa yang diinginkan.
Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa bahwa keputusan itu diambil dengan sengaja, tidak secara kebetulan, dan tidak boleh sembarangan. Masalahnya telebih dahulu harus diketahui dan dirumuskan dengan jelas, sedangkan pemecahannya harus didasarkan pemilihan alternatif terbaik dari alternatif yang ada.
Kegiatan – kegiatan yang dilakukan dalam organisasi itu dimaksudkan untuk mencapai tujuan organisasinya yang dimana diinginkan semua kegiatan itu dapat berjalan lancar dan tujuan dapat dicapai dengan mudah dan efisien. Namun, kerap kali terjadi hambatan – hambatan dalam melaksanakan kegiatan. Ini merupakan masalah yang hatus dipecahkan oleh pimpinan organisasi. Pengambilan keputusan dimaksudkan untuk memecahkan masalah tersebut.
Strategi Pengambilan Keputusan menurut Irving dibagi atas 6 macam yaitu :
- Optimasi dan Resiko Sub-optimasi
Menjelaskan mengenai strategi optimasi sebagai suatu tujuan untuk memilih tindakan yang memberikan hasil paling tinggi. Strategi semacam ini memerlukan nilai, dalam terminologi manfaat dan biaya dari masing – masing alternatif yang dipilih sebagai pembanding. Untuk mengambil suatu keputusan dengan strategi optimasi dibutuhkan waktu dan uang yang besar untuk mengumpulkan dan menguji semua informasi yang sangat banyak. pendekatan ini masih kerapkali dianggap sebagai pendekatan yang cukup ideal.
- Kepuasan (Satisficing)
Hipotesis yang paling mempengaruhi para administrator dalam pengambilan keputusan telah dirumuskan oleh Herbert Simon (1976). Para pengambil keputusan, menurut Simon, cenderung memilih kepuasan, daripada memaksimalkan. Ia melihatnya suatu tindakan “cukup baik” telah memenuhi suatu keputusan yang diperlukan. Simon berargumentasi bahwa strategi pendekatan kepuasan telah sesuai dengan sifat keterbatasan manusia dalam memproses informasi. Aturan main yang “Sampaikan permasalahan anda kepada ahlinya dan kerjakan saja apa yang mereka katakan, karena hal tersebut cukup baik”. Maka konsumen akan merasa puas terhadap apa yang anda lakukan.
- Kepuasan berpura – pura (Quasi-satisficing)
Beberapa orang menggunakan aturan moral sebagai satu – satunya aturan apabila mereka harus mengambil keputusan untuk menolong seseorang dalam kesulitan atau masalah. Schwartz (1970) menyebut pendekatan ini sebagai “pengambilan keputusan moral”. Sekali seseorang memutuskan bahwa seseorang membutuhkan pertolongan dan melihat ada suatu cara untuk dapat menolongnya, ia biasanya langsung mengambil tindakan tanpa terlebih dahulu melihat bahwa ada cara lain untuk dapat menolongnya. sangat jelas bahwa pilihan yang didasarkan pada strategi quasi, kepuasan sangat berhubungan dengan aturan pengambilan keputusan yang sederhana, yang dapat menghasilkan tindakan yang diinginkan atau tidak diinginkan masyarakat.
- Eliminasi dengan Aspek
Pendekatan eliminasi digunakan untuk proses yang optimis dan cepat dalam memilih sejumlah alternatif yang tersedia. Pengambil keputusan melakukannya secara eksekusi, dimulai dari persyaratan yang paling penting hingga persyaratan paling kecil. Semua alternatif yang tidak memenuhi persyaratan ini dihilangkan, dan proses eliminasi dilanjutkan hingga tersisa hanya satu pilihan alternatif.
- Incrementalism and Muddling Through
Baybrooke dan Lindblom (1963) menganggap strategi incremental muddling-through sebagai suatu tipe proses pengambilan keputusan dari kelompok perkumpulan pluralistic. strategi incremental muddling through adalah teknik yang diharapkan oleh orang yang malas atau lambat berpikir. Tetapi Braybrooke dan Lindblom melihat hal tersebut sebagai metode dengan mana badan pengambil keputusan sosial, bertindak sebagai koalisi dari kelompok yang tertarik dapat secara efektif membuat keputusan secara kumulatif dan akhirnya menjadikan suatu keputusan kompromi yang dapat dikerjakan (workable compromise). Lindblom dan asosiasinya beragumentasi bahwa keputusan incremental sebagian besar didasarkan pada kriteria konsensus, daripada didasarkan pada nilai nyata yang diakibatkan oleh isu – isu, bisa pula mengabaikan kejahatan sosial tidak demokratis, atau pengambilan keputusan terpusat.
- Mixed Scanning
Strategi Mixed Scanning terdiri atas dua komponen, yaitu :
- Beberapa ciri dari strategi optimasi dikombinasikan dengan strategi eliminasi aspek digunakan sebagai dasar kebijakan keputusan dan merupakan arah kebijakan dasar.
- Proses secara incremental (didasarkan atas bentuk sederhana dari strategi kepuasan) diikuti dengan keputusan minor setelah arah kebijakan dasar ditentukan.
Etzione menggunakan istilah “scanning” berdasarkan referensi penelitian, pengumpulan, prosesing, evaluasi, dan pembobotan informasi dalam proses pembuatan pilihan.
Ketika ia mengumpulkan informasi, seberapa detil ia (pengambil keputusan) akan memerlukan, dan seberapa komplit ia harus mengenali langkah – langkah alternatif. Uraian Etzioni tentang strategi mixed scanning meliputi sejumlah aturan untuk mengalokasikan sumber daya untuk scanning jika seorang pengambil kebijakan menghadapi krisis yang membuat ia merealisasikan bahwa kebijakan yang dibuat sebelumnya harus direview dan diubah.
Tipe pengambilan keputusan terbagi atas :
- Keputusan terprogram atau keputusan terstruktur
Keputusan yang berulang ulang dan rutin, sehingga dapt diprogram. Keputusan terstruktur terjadi dan dilakukan terutama pada manajemen tingkat bawah. Pengambilan keputusan terprogram akan berlangsung dengan efektif apabila 4 kriteria dasar dipenuhi yaitu :
- Tersedia waktu dan dana yang memadai untuk pengumpulan dan analisis data.
- Tersedia data yang bersifat kuantitatif.
- Kondisi lingkungan yang relatif stabil, yang didalamnya tidak dapat tekanan yang kuat untuk secara cepat melakukan penyesuaian-penyesuaian tertentu terhadap kondisi yang selalu berubah.
- Tersedia tenaga trampil untuk merumuskan permasalahan secara tepat, termasuk tuntutan operasional yang harus dipenuhi.
- Keputusan setengah terprogram atau setengah terstruktur
Keputusan yang sebagian dapat diprogram, sebagian berulang – ulang dan rutin dan sebagian tidak terstruktur. Keputusan ini seringnya bersifat rumit dan membutuhkan perhitungan serta analisis yang terperinci.
- Keputusan tidak terprogram atau tidak terstruktur
Keputusan yg tidak terjadi berulang – ulang dan tidak selalu terjadi. Keputusan ini terjadi di manajemen tingkat atas. Informasi untuk pengambilan keputusan tidak terstruktur tidak mudah untuk didapatkan dan tidak mudah tersedia dan biasanya berasal dari lingkungan luar. Pengalaman manajer merupakan hal yg sangat penting didalam pengambilan keputusan tidak terstruktur
Pengambilan keputusan dapat dilakukan secara individual atau kelompok, tergantung bagaimana sifat dan corak permasalahannya. Keputusan individu adalah keputusan dibuat oleh seorang pemimpin sendirian. Kelebihan Keputusan yang dibuat oleh seseorang atau Individu antara lain :
- Keputusannya cepat ditentukan atau diambil, karena tidak usah menunggu persetujuan dari rekan lainnya.
- Tidak akan terjadi pertentangan pendapat.
- Kalau pimpinan yang mengambil keputusan itu mempunyai kemampuan yang tinggi dan berpengalaman yang luas dalam bidang yang akan diputuskan, keputusannya besar kemungkinan tepat.
Sedangkan kelemahannya Keputusan yang dibuat oleh seseorang atau Individu antara lain :
- Bagaimana kepandaian dan kemampuan pimpinan tetapi pasti memiliki keterbatasan.
- Keputusan yang terlalu cepat diambil dan tidak meminta pendapat orang lain seringkali kurang tepat.
- Jika terjadi kesalahan pengambilan keputusan merupakan beban berat bagi pimpinan seorang diri.
Mengenai pengambilan keputusan, Seotopo (2010:146) menyatakan bahwa ada 3 kekuatan yang selalu mempengaruhui suatu keputusan yang dibuat. 3 kekuatan itu adalah sebagai berikut :
- Dinamika individu di dalam organisasi
Pengaruh individu dalam organisasi sangat terasa terutama dalam hal ini adalah pemimpinnya. Seorang pemimpin yang mempunyai kepribadian yang kuat, pendidikan yang tinggi, pengalaman ynag banyak akan memberi kesan dan pengaruh yang besar terhadap bawahannya.
- Dinamika kelompok orang – orang di dalam organisasi
Dinamika kelompok mempunyai pengaruh besar, oleh karena itu pemimpin hendaknya mengusahakan agar kelompok lebih cepat menjadi dewasa.
- Dinamika lingkungan organisasi
Pengaruh lingkungan juga memegang peranan yang cukup penting untuk diperhatikan. Antara organisasi dan lingkungan itu saling mempemgaruhi.
Hal – hal yang mempengaruhi dalam pengambilan keputusan individu menurut Tampubolon (2004:108-111), ada 5 faktor perilaku yang mempengaruhi pengambilan keputusan yaitu :
- Nilai
Pengaruh nilai terhadap proses pengambilan keputusan adalah sebagai berikut: dalam menetapkan sasaran, pertimbangan nilai perlu sekali mengenai dalam pemilihan kesempatan dan penetuan probilitas. Dalam mengembangkan, nilai orang yang mengambil keputusan mempengaruhi alternatif mana yang akan dipilh. Apabila melaksanakan keputusan, nilai sangat perlu dalam memilih cara melaksankan keputusan tersebut dalam fase evaluasi dan pengendalian.pertimbangan nilai tidak dapat dihindari bila terjadi tindakan koreksi.
- Kepribadian
Para pengambil keputusan dipengaruhi oleh banyak kekuatan psikologis baik disadari atau tidak. Salah satunya yang terpenting adalah kepribadiannya yang sangat jelas tergambar dalam pilihannya. Hubungan antara kepribadian dan proses pengambilan keputusan mungkin berbeda – beda. Tampubolon (2004:109) mengemukakan ciri khusus yang dapat menggambarkan kepribadian seseorang diataranya :
- Pendiam vs Ramah
- IQ Rendah vs IQ Tinggi
- Perasaan vs Emosi Stabil
- Bijaksana vs Sungguh – sungguh
- Patuh vs Berpengaruh
- Kecenderungan Akan Resiko
Secara umum diketahui bahwa para pengambil keputusan berbeda – beda sekali dalam kecenderung mereka mengambil resiko. Satu segi khusus kepribadian sangat mempengaruhi pengambilan keputusan. Seorang pengambil keputusan yang agak segan mengambil resiko akan menetapkan sasaran yang berbeda dalam mengevalusi alternatif secara berbeda juga, serta memilih alternatif yang juga berbeda dari orang lain dalam pengambilan keputusan walaupun dalam situasi yang sama, tetapi sangat segan mengambil resiko. Orang yang belakangan ini akan berusaha menetapkan pilihan, dimana resiko atau ketidakpastian sangat rendah, atau dimana kepastian akan hasil sangat tinggi.
- Kemungkinan Ketidakcocokan
Para ahli perilaku telah memusatkan perhatiannya pada terjadinya kegelisahan kepada orang setelah pengambilan keputusan. Hal tersebut dikatakan sebagai disonansi kogntif atau ketidakcocokan kognitif. Teorinya mengatakan bahwa seringkali terdapat kekurangan konsisten atau harmoni diantara berbagai macam kognisi seseorang, misalnya sikap, kepercayaan dan sebagainya. Sesudah keputusan itu diambil. Pengertiannya, akan terjadi konflik antara apa yang diketahui dan diyakini oleh pengambil keputusan dan apa yang telah dilakukan, yang mengakibatkan si pengambil keputusan menjadi ragu – ragu dan mempunyai pikiran lain mengenai pikiran yang telah diambilnya.
- Bentuk Pengambilan Keputusan
Didalam organisasi, proses pengambilan keputusan sangat tergantung pada individu dan kelompok. Keputusan individu dan kelompok pada saat – saat tertentu dapat saja bertentangan, sehingga efektivitas keputusan yang diambil tidak maksimal. Keadaan seperti ini dapat mempengaruhi kinerja organisasi yang tidak juga maksimal.
Faktor – faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan adalah sebagai berikut :
- Kondisi atau
Dalam kerangka pengambilan keputusan, posisi atau kedudukan seseorang dapat dilihat dalam hal berikut :
- Letak posisi. Dalam hal ini apakah is sebagai pembuat keputusan (decision maker), penentu keputusan (decision taker) ataukah staf (staffer).
- Tingkatan posisi. Dalam hal ini apakah sebagai strategi, policy, peraturan, organisasional, operasional dan
- Masalah
Masalah atau problem adalah apa yang menjadi penghalang untuk tercapainya tujuan, yang merupakan penyimpangan daripada apa yang diharapkan, direncanakan atau dikehendaki dan harus diselesaikan.
- Situasi
Situasi adalah keseluruhan faktor – faktor dalam keadaan, yang berkaitan satu sama lain, dan yang secara bersama – sama memancarkan pengaruh terhadap kita beserta apa yang hendak kita perbuat.
Faktor – faktor itu dapat dibedakan atas 2, yaitu sebagai berikut :
- Faktor – faktor yang konstan yaitu faktor – faktor yang sifatnya tidak berubah – ubah atau tetap keadaann
- Faktor – faktor yang tidak konstan atau variabel yaitu faktor – faktor yang sifatnya selalu berubah – ubah atau tidak tetap keadaannya.
- Kondisi
Kondisi adalah keseluruhan dari faktor – faktor yang secara bersama – sama menentukan daya gerak, daya berbuat atau kemampuan kita. Sebagian besar faktor – faktor tersebut merupakan sumber daya.
- Tujuan
Tujuan yang hendak dicapai, baik tujuan perorangan, tujuan unit (kesatuan), tujuan organisasi, maupun tujuan usaha, pada umumnya telah ditentukan. Tujuan yang ditentukan dalam pengambilan keputusan merupakan tujuan antara atau objective.
- Pengaruh Perilaku Individu Dalam Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan (desicion making) merupakan tindakan untuk melakukan penilaian dan menjatuhkan pilihan dari beberapa alternatif yang ada. G. R. Terry mengemukakan bahwa pengambilan keputusan adalah sebagai pemilihan yang didasarkan pada kriteria tertentu atas dua atau lebih alternatif yang mungkin. Herbert A. Simon, ahli teori keputusan dan organisasi mengonseptualisasikan tiga tahap utama dalam proses pengambilan keputusan, sebagai berikut :
- Aktivitas inteligensi, berasal dari pengertian militer “intelligence,” Simon mendeskripsikan tahap awal ini sebagai penelusuran kondisi lingkungan yang memerlukan pengambilan keputusan.
- Aktivitas desain, tahap ini terjadi tindakan penemuan, pengembangan dan analisis masalah.
- Aktivitas memilih, tahap ini merupakan tindakan untuk memilih tindakan atau alternatif tertentu dari yang
Teori pengambilan keputusan klasik berjalan dalam asumsi rasionalitas dan kepastian, tetapi tidak begitu halnya dengan teori keputusan perilaku. Ahli teori perilaku pengambilan keputusan berpendapat bahwa individu mempunyai keterbatasan kognitif.
Menurut Driscoll, partisipasi dalam pengambilan keputusan berhubungan dengan efficacy. Efficacy sendiri didefinisikan sebagai perasaan atau anggapan bahwa seseorang mampu untuk mempengaruhi pembuatan keputusan dalam organisasi. Partisipasi seorang individu dalam proses pengambilan keputusan yang tinggi apabila ia memiliki efficacy yang tinggi, ia memiliki keyakinan bahwa ia bisa ikut mempengaruhi sistem, proses, dan isi dari keputusan yang dibuat. Begitu pula sebaliknya, apabila seorang individu memiliki efficacy yang rendah ia cenderung akan kurang berpartisipasi. Hal ini disebabkan ia memiliki anggapan bahwa dirinya tidak bisa mempengarui sistem, proses dan isi dari sebuah keputusan.
- Studi Kasus
Kasus yang menimpa Bibit dan Chandra pada saat itu menjadi sorotan publik. Semua lapisan masyarakat mulai dari masyarakat sipil, kalangan akademis hingga kalangan elit politik membicarakan kasus tersebut. Kasus ini melibatkan pihak – pihak yang berada pada posisi – posisi strategis dalam ranah hukum di Indonesia yaitu Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), POLRI, dan Kejaksaan Agung. Semakin hari kasus ini terus berkembang hingga menyebabkan masyarakat memiliki persepsi bahwa kasus tersebut melibatkan institusi bukan pihak – pihak yang terlibat di dalamnya. Kisruh ini dapat diibaratkan seperti benang kusut. Antara Polri dan KPK pun terus saling menjatuhkan dan merasa berada di pihak yang benar. Kasus ini menuai banyak menuai pro dan kontra, banyak orang yang menaruh simpati pada Bibit dan Chandra. Mereka menganggap bahwa kasus ini adalah sebuah konspirasi untuk menjatuhkan atau upaya untuk melemahkan KPK yang selama ini aktif memburu para koruptor di negeri ini.
Karena kasus tersebut tak kunjung selesai dan semakin berlarut – larut, membuat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai kepala Negara pada saat itu, ikut mencoba menyelesaikan masalah ini dengan menggunaakan wewenangnya untuk membentuk Tim Pencari Fakta (TPF). Keputusan Presiden untuk membentuk tim independen tersebut merupakan hasil pertemuan antara presiden dengan tokoh masyarakat di wisma Negara.
Selain karena wewenang yang dimilikinya, presiden membentuk TPF pun berdasarkan fakta yang ada. Situasi seperti ini tidak baik bagi keberlangsungan KPK sebagai tonggak pemberantasan korupsi dan tidak baik pula untuk kehidupan bangsa dan Negara karena adanya kecurigaan dan ketidakpercayaan, bukan hanya terhadap hukum di Indonesia tetapi juga kredibilitas Polri, Jaksa, dan KPK. Kemudian selain dua alasan yang melatarbelakangi presiden membentuk TPF, terdapat alasan lainnya yakni berdasarkan rasional yang ada, dimana presiden berharap dengan dibentuknya TPF dapat segera menyelesaikan kasus ini dengan transparan dan publik dapat mengetahui fakta yang sesungguhnya.
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan teori – teori yang telah dikemukan sebelumnya dapat disimpulkan sebagai berikut :
- Perilaku individu dipengaruhi oleh bebarapa faktor yaitu keturunan, lingkungan dan budaya.
- Individu memiliki karakteristik yang berbeda – bedaantara satu dengan yang lainnya, yang dipengaruhi faktor Kemampuan, Kebutuhan, pemikiran tentang masa depan, pengalaman masa lalu. Perilaku individu yang dimiliki oleh masing – masing karyawan pada perusahaan tentunya berbeda – Hal ini mempengaruhi kemampuan masing – masing individu baik dalam hal pelaksanaan tugas dan tanggung jawab, kemampuan mematuhi peraturan perusahaan, kemampuan menjalin hubungan baik secara horizontal maupun vertikal.
- Pengambilan keputusan di perusahaan pada umumnya dilakukan oleh manager. Pengambilan keputusan dilakukan melalui beberapa tahapan dimulai dari pengumpulan data dan informasi, analisa hingga pada tahapan decision making guna mencapai keputusan yang optimal sesuai dengan tujuan perusahaan.
- Kemampuan individu dalam melaksanakan decision making sangat dipengaruhi oleh perilaku yang dimiliki masing – masing individu. Hal ini dipengaruhi oleh aktivitas inteligensi, aktivitas desain, dan aktivitas memilih,
DAFTAR PUSTAKA
Ayu Pertiwi dkk. Pengambilan Keputusan Dalam Kondisi Ketidakpastian Untuk Menentukan Bidang Yang akan Dikembangkan Dengan Menggunakan Analisis Bayes. Universitas Negeri Malang
Imam Wahjono, Sentot. 2010. Perilaku Organisasi. Yogyakarta : Graha Ilmu
Indriani, Rakhmawati. 2013. Teknik Pengambilan Keputusan Individual Model Optimasi. https://indrycanthiq84.wordpress.com/2013/04/16/teknik-pengambilan-keputusan-individual-model-optimasi/. (Diakses Tanggal 16 April 2013).
Misnen Ardiansyah. 2009. Perkembangan Penelitian Akuntansi Keperilakuan. SOSIO -RELIGIA, Vol. 8, No. 3.
Mustafa, Arif. 2013. Prinsip – Prinsip Dasar Etika Pengambilan Keputusan. https://www.scribd.com/document/127442622/Prinsip-Dasar-Etika-Pengambilan-Keputusan. (Diakses Tanggal 26 Feberuari 2013).
Rachman dkk. 2015. Aspek Keperilakuan Pada Pengambilan Keputusan dan Para Pengambil Keputusan. Tanjungpinang Universitas Maritim Raja Ali Haji.
Santoso, Andrea Budi. 2012. Peranan Locus Control, Self-Set Dan Organizational-Set Hurdle Rates Terhadap Eskalasi Komitmen Pada Level Pengambilan Keputusan Penganggaran Modal. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi Unika Wodya Mandala Surabaya. Vol. 1. No. 3.
Thoha, Miftah. 2011. Perilaku Organisasi (Konsep Dasar dan Aplikasinya). Jakarta : Rajawali Pers.
Dariyadi, Moch. Wahid. http://tulisanterkini.com/artikel/artikel-ilmiah/9097-faktor-faktor-yang-mempengaruhi-pengambilan-keputusan.html#top